Ambon – Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Ambon fasilitasi ekspor rempah Maluku berupa biji pala, fulli dan gagang cengkih tujuan Belanda (13/6).
Kepala Karantina Pertanian Ambon, Kostan mengungkapkan bahwa ekspor rempah kali ini dilakukan melalui Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon, kemudian singgah ke Pelabuhan Perak di Surabaya untuk dilakukan fumigasi dan restuffing ke kontainer ekspor lalu berlayar ke Belanda.
“Mencapai 14,9 ton rempah yang akan diekspor berupa biji pala, fulli dan gagang cengkih tujuan Belanda, rempah ini telah dilakukan tindakan karantina dan akan singgah di Surabaya untuk dilakukan lagi tindakan karantina sesuai persyaratan negara tujuan,” kata Kostan.
Dikatakan Kostan lagi, pengiriman rempah milik PT. KRM dari Ambon menggunakan KM Meratus Palembang yang terdiri dari 4 ton pala ABCD (Myristica fragrans), 1 ton fuli (Myristica fragrans) dan 9,9 ton gagang cengkih (Eugenia aromatica).
Menurut Kostan, sebelum dikirim rempah tersebut telah dilakukan pemeriksaan fisik oleh Pejabat Karantina Pertanian Ambon yang bertanggungjawab di Pelabuhan Yos Sudarso. Pemeriksaan ditujukan untuk memastikan komoditas tersebut memenuhi persyaratan negara tujuan yaitu tidak adanya serangga hidup.
Kostan menambahkan bahwa selain itu juga ada persyaratan terkait Regulasi Uni Eropa (EU) Nomor 2016/24. Regulasi ini mewajibkan ekspor pala dari Indonesia berupa Sertifikat Kesehatan Tumbuhan Karantina (Phytosanitary Certificate) dan Certificate of Analysis (CoA) mengenai kandungan cemaran aflatoksin yang memenuhi persyaratan Uni Eropa. Batasan maksimum yang ditetapkan adalah 5 ppm untuk aflatoksin B1; 10 ppb untuk aflatoksin total (B1, B2, G1 dan G2); kandungan air sebesar 4,12 %, dan okratoksin sebesar 15 ppb.
“Persyaratan ini telah dilengkapi melalui hasil laboratorium Angler Biochemlab di Surabaya. Sehingga semua persyaratan negara Belanda sudah terpenuhi oleh PT. KRM,” jelas Kostan.
Secara terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian, Ir. Bambang, M.M. mengungkapkan bahwa rempah Indonesia masih menjadi daya tarik mancanegara. Bambang berharap ekspor pala, fuli dan gagang cengkih ini dapat di terima pasar Uni Eropa sehingga dapat menambah devisa negara.
“Semoga kedepan, ekspor ini terus berlanjut, membawa keberhasilan ekspor bagi rempah asli Maluku dan semakin dikenal juga laris di pasar manca negara sebagaimana aroma dan kualitas yang dimiliki oleh rempah asli Maluku," pungkas Bambang.
Sebagai informasi, pala (Myristica fragrans) dan cengkih (Eugenia aromatica) Maluku merupakan rempah – rempah asli yang banyak dibudidayakan dan diperdagangkan secara turun temurun oleh rakyat di sebagian besar kepulauan Maluku. Produk pala dan cengkih Indonesia termasuk komoditas unggul di pasar dunia. Rempah Maluku memiliki aroma yang khas dan minyak yang tinggi. (R. Barantan).