Tragedi Missing; "Kado" Selamat Datang Kepala Daerah Terpilih |
Penulis
M. Saleh Daeng Parany
MASIWANGPOS.COM - Kisah warga Missing Kecamatan Kilmury Kabupaten Seram Bagian Timur yang menempuh jarak kurang lebih 15 kilo meter jalan pesisir Pantai, sebrangi sungai sambil mengangkut salah satu warganya dengan gerobak menuju fasilitas kesehatan terdekat menjadi kado selamat Datang Kepada Kepala Daerah terpilih untuk menjadi perhatian dan sekaligus sebagai kompas dalam upaya menjamin aksesibilitas pelayanan kesehatan di bumi ita wotu nusa (kabupaten seram bagian timur).
Kondisi alam (angin dan gelombang) saat ini seakan mewakili suara rakyat Kecamatan Kilmuri, untuk memberikan isyarat dan berupaya menggambarkan kelumitnya persoalan aksesibiltas pelayanan public yang sangat urgen hatua dibenahi guna menghadirkan negara dan pemerintah untuk melakukan pelayanan publik yang murah, mudah, cepat, professional dan berkeadilan.
Potret Tragedi missing menawarkan fakta aksesibilitas pelayanan kesehatan di Kecamatan Kilmuri masih menjadi PR untuk kita, sekaligus menjadi konsekuensi dari kondisi geografis Kabupaten Seram Bagian Timur yang merupakan Kabupaten Bahari dengan luas laut mencapai 14.877,771 KM (Sumber, Seram Bagian Timur dalam Angka 2020) dan sekaligus sebagai Daerah Kepulauan serta kondisi topografis yang terkadang sangat ekstrim antarwilayah dikarenakan pengaruhi iklim musim yang ada.
Disparitas aksesibilitas Pelayanan Kesehatan ini dapat disinyalir berbanding lurus dengan ketimpangan pembangunan. Ketimpangan tidak hanya terjadi pada ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan, alat, dan teknologi, tetapi juga pada ketersediaan tenaga kesehatan pada masing-masing wilayah.
Hasil Analisis Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementrian Kesehatan RI tahun 2018 yang dibangun dengan 3 dimensi, yaitu: (1) Jenis alat transportasi yang digunakan ke fasilitas Kesehatan; (2) Waktu tempuh pulang pergi dari rumah ke fasilitas kesehatan dan (3) Biaya yang dikeluarkan untuk transportasi pulang pergi ke fasilitas kesehatan.
Proporsi Pengetahuan Rumah Tangga Terhadap Kemudahan Akses ke Fasilitas kesehatan di Kabupaten Seram Bagian Timur menunjukan indeks dengan kategori yang sangat sulit. Masing masing 72,42 % Proporsi Pengetahuan Rumah Tangga Terhadap Kemudahan untuk akses ke rumah sakit, 61,67 % untuk akses ke Puskesmas, Puskesmas/ Pustu/ Pusling/ Bidan Desa, 57,14 % Akses ke Klinik/ Praktek Dokter/ Praktek Dokter Gigi/ Praktek Bidan Mandiri.
Senada dengan hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, berdasarkan data Kementerian Kesehatan, http://sisdmk.bppsdmk.kemkes.go.id Ministry of Health, http://sisdmk.bppsdmk.kemkes. go.id tahun 2019 dalam Publikasi Seram Bagian Timur dalam Angka 2020, menunjukan; meskipun tersedia fasilitas kesehatan minimal setingkat puskesmas pada setiap kecamatan namun terdapat beberapa kecamatan yang belum tersedia Tenaga Kesehatan dan Dokter.
Berdasarkan informasi fakta ilmiah dan empiris tersebut, public mengharapkan perlu adanya program pemetaan tingkat aksesibilitas pelayanan kesehatan perkecamatan dikabupaten seram bagian timur. Pemetaan ini penting dilakukan untuk melihat upaya pemerataan yang sudah dilakukan, sekaligus sebagai penentuan prioritas pembangunan untuk peningkatan aksesibilitas pelayanan kesehatan ditiap kecamatan terutama didaerah dengan masalah spesifik dan menonjol yang menjadi kendala pembangunan kesehatan terutama di daerah terpencil,dan terisolir serta kondisi geografis yang sulit dijangkau.
Pemetaan tingkat aksesibilitas ini juga dapat bertujuan untuk memetakkan hambatan yang bisa mengurangi akses masyarakat. serta strategi yang bisa dilakukan Stake Holder setempat untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang sejalan dengan Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor HK.03.05/II/2485/2012 tentang Pedoman Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).
Mengutip Beberapa pakar Kinerja Sistem Kesehatan Jones, Stephen G., 2012. “Development of Multi-dimentional Health Care Access Index”. Proceeding. ESRI Health Geographical Information System Conference; memasukkan hal hal yang berpotensi menghambat akses ke pelayanan kesehatan sebagai bagian yang terintegrasi dengan indikator akses lainnya.
Dikatakan bahwa akses ke pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh tiga Barrier (hambatan). Pertama, Hambatan Fisik (Transportasi, Kemampuan Bergerak). Kedua; Hambatan Ekonomi (Kemampuan Membayar, Kepemilikan Asuransi Kesehatan). Ketiga; Hambatan Geografis (Lokasi atau Kedekatan terhadap fasilitas kesehatan yang tersedia).
Sehingga dalam hal ini diperlukan strategi stake holder yang perlu memperhatikan secara komprehensif setiap faktor yang menjadi determinan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Sehingga kerja sama lintas program dan lintas sektor dapat berkesinambungan. Beberapa hal tentu bisa diupayakan dan dimodifikasi, sedangkan hal lain yang tidak bisa dimodifikasi (geografis), tetapi harus diantisipasi dengan baik.
Semoga harapan warga missing dan seluruh warga masyarakat kabupaten seram bagian timur yang disyaratkan oleh angin gelombang serta kisah pilu gerobak yang digunakan dalam mencari fasilitas dan pelayanan kesehatan terdekat dapat menjadi bagian dari naskah pidato pelantikan pemimpin baru dibumi ita wotu nusa dalam hal peningkatan aksesibiltas pelayanan kesehatan dan sekaligus pemerataannya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara bermakna dan merata oleh seluruh penduduk di kabupaten seram bagian timur, khususnya masyarakat yang bermukim di lokasi-lokasi terpencil, termasuk di daerah pesisir dan pulau-pulau kecil.
M. Saleh Daeng Parany
Putra Tutuk Tolu Seram Bagian Timur.